By:
Baskoro Adi Prayitno
Abstrak: The objectives of this research were described, compared and described the tendency relation between knowledge, perception and attitude of MIPA and non MIPA students toward HIV/AIDS. The research found out that; the knowledge and perception of MIPA and non MIPA students toward HIV/AIDS were categorized enough. T tes showed that there was no difference between knowledge, perception and attitude of MIPA and non MIPA students toward HIV/AIDS. Correlation and regression tesing showed that there was positive correlation between knowledge with perception, knowledge with attitude, perception with attitude, knowledge and perception together with attitude of MIPA and non MIPA students toward HIV/AIDS.
Key Word: HIV, AIDS, Knowledge, Perception, Attitude
Sindrom cacat kekebalan tubuh atau AIDS yang ditularkan dari seseorang ke orang lain oleh virus yang disebut HIV telah hadir sebagai penyakit menular yang sangat menakutkan dan terus meminta korban. Diperkirakan di seluruh dunia sampai dengan tahun 2002 terdapat 45 juta kasus HIV/AIDS. 6,1 juta kasus HIV/AIDS terdapat di Asia Selatan dan Tenggara termasuk Indonesia (Aditya, 2003). Di Indonesia sendiri perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS sangat mengkhawatirkan yaitu dari 689 kasus di tahun 2001 tiba-tiba meningkat menjadi 8000 kasus di tahun 2002. Meskipun secara kuantitaif jumlah kasus HIV/AIDS tidak sebesar di Afrika dan Thailand namun kenyataan pertambahan kasus HIV/AIDS yang begitu mengejutkan ini menimbulkan keprihatinan tersendiri.
Menurut data Depkes RI diketahui penderita HIV/AIDS di Indonesia kebanyakan menyerang penduduk kelompok umur 20-35 tahun (Ansori, 1996), dengan sumber transmisi utama melalui hubungan seksual dan penyalahgunaan napza. Sementara itu data di berbagai rumah sakit dan kepolisian menunjukkan sekitar 25% penderita penyakit menular seksual dan pengguna napza adalah pelajar dan mahasiswa (Malla,1997), hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan kelompok yang berisiko tinggi tertulari HIV/AIDS, namun selama ini terkesan sebagian mahasiswa tidak mau tahu mengenai bahaya HIV/AIDS yang mengancam dirinya akibat perilaku mereka yang cenderung “berisiko” untuk tertular. Apakah pengetahuan, persepsi dan sikap mereka tidak tepat mengenai HIV/AIDS tersebut?, hal inilah yang melatarbelakangi perlunya diadakan penelitian ini.
Pada penelitian ini mahasiswa yang dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA di Universitas Negeri Malang (UM) angkatan 2001/2002 dengan pertimbangan selain mereka termasuk dalam kelompok berisiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS mereka juga strategis dalam rangka mensukseskan program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) HIV/AIDS yang dicanangkan oleh pemerintah karena mereka kelak akan menjadi tenaga pendidik sehingga harapannya bisa “menularkan” pengetahuan mereka mengenai HIV/AIDS pada anak didiknya kelak, karena itu perlu gambaran yang komprehensif mengenai pengetahuan, persepsi, dan sikap mereka terhadap HIV/AIDS sebelumnya, sehingga dengan gambaran tersebut bisa digunakan sebagai masukan bagi pemerintah maupun LSM-LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS untuk menentukan strategi pencegahan HIV/AIDS yang tepat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
METODE
Peneltian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan rancangan deskriptif, korelasional, dan komparatif. Rancangan peneltian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel penelitian yaitu pengetahuan, persepsi, dan sikap mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS. Rancangan korelasional digunakan untuk menguji hubungan antar variabel (hubungan pengetahuan dengan persepsi, hubungan pengetahuan dengan sikap, hubungan persepsi dengan sikap, hubungan pengetahuan dan persepsi secara bersama-sama terhadap sikap). Sedangkan rancangan komparatif digunakan untuk membandingkan pengetahuan, persepsi, dan sikap mengenai HIV/AIDS pada kelompok mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA di UM angkatan 2000/2001 yang berjumlah 961 mahasiswa, dengan alasan selain mereka adalah kelompok berisiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS mereka juga strategis dalam mengemban misi KIE HIV/AIDS. Tekhnik sampling yang digunakan adalah proporsioanl sampling berdasar jumlah mahasiswa pada tiap fakultas dan jurusan karena mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terdiri dari golongan atau kelompok yang bukan strata. Penetapan ukuran sampel dengan menggunakan monogram Harry King (Sugiyono, 2000) dengan taraf kesalahan 7% sehingga didapat sampel sejumlah 124 mahasiswa.
Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah tes pengetahuan, tes persepsi, dan tes sikap. Tes sikap mengacu pada model tes sikap yang dikembangkan oleh Likert . Tes tersebut dikembangkan berdasar jabaran varibel-variabel penelitian yang disebut lay-out instrument serta dikonsultasikan dengan ahli yang tahu banyak tentang HIV/AIDS, setelah instrumen siap kemudian diujicobakan pada mahasiswa bukan sampel yang mempunyai kemiripan dengan sampel untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah didapat instrumen yang valid dan reliabel instrumen siap digunakan untuk menjaring data.
HASIL
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut; sebagian besar mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA menyatakan mereka pernah mendengar atau membaca tentang HIV/AIDS, lebih dari 75% mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA mengaku belum pernah mendapatkan program pencegahan HIV/AIDS secara terprogram. Sumber informasi mengenai HIV/AIDS menurut mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA lebih banyak didapat dari media cetak dan elektronik.
Distribusi persentase pengetahuan ditampilkan pada Tabel 1. Dalam Tabel 1 ditemukan bahwa sebanyak 17,7% mahasiswa pendidikan MIPA dan 12,9% non MIPA mempunyai pengetahuan dalam kategori baik, sebanyak 58,1% mahasiswa pendidikan MIPA dan 69,4% non MIPA mempunyai pengetahuan dalam kategori cukup, sebanyak 21% mahasiswa pendidikan MIPA dan 11,3% non MIPA mempunyai pengetahuan kurang baik dan sebanyak 3,2% mahasiswa pendidikan MIPA, 6,5% mahasiswa pendidikan non MIPA mempunyai pengetahuan tidak baik.
Tabel 1 Persentase Kategori Jawaban Mahasiswa Pend MIPA dan Non MIPA terhadap Angket Pengetahuan HIV/AIDS
No | Kategori | Pend. Mipa | Pend. Non Mipa | ||
Jumlah | Persentase | Jumlah | Persentase | ||
1 | Baik | 11 | 17,7 % | 8 | 12,9 % |
2 | Cukup | 36 | 58,1 % | 43 | 69,4 % |
3 | Kurang Baik | 13 | 21,0 % | 7 | 11,3 % |
4 | Tidak Baik | 2 | 3,2 % | 4 | 6,5 % |
| Total | 62 | 100 % | 62 | 100 % |
Sedangkan distribusi persentase persepsi ditampilkan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 diketahui sebanyak 46,8% mahasiswa pendidikan MIPA dan 43,5% mahasiswa non MIPA mempunyai persepsi dalam kategori baik, sebanyak 30,6% mahasiswa pendidikan MIPA dan 27,4% non MIPA mempunyai persepsi dalam kategori cukup, sebanyak 21,0% mahasiswa pendidikan MIPA dan 19,4% mahasiswa non MIPA mempunyai persepsi kurang baik, dan hanya sekitar 1,6% mahasiswa pendidikan MIPA, 9,7% mahasiswa pendidikan non MIPA yang mempunyai persepsi dalam kategori tidak baik
Tabel 2 Persentase Kategori Jawaban Mahasiswa Pend MIPA dan Non MIPA terhadap Angket Persepsi HIV/AIDS
No | Kategori | Pend. Mipa | Pend. Non Mipa | ||
Jumlah | Persentase | Jumlah | Persentase | ||
1 | Baik | 29 | 46,8 % | 27 | 43,5 % |
2 | Cukup | 19 | 30,6 % | 17 | 27,4 % |
3 | Kurang Baik | 13 | 21,0 % | 12 | 19,4 % |
4 | Tidak Baik | 1 | 1,6 % | 6 | 9,7 % |
| Total | 62 | 100 % | 62 | 100 % |
Sedangkan distribusi persentase sikap ditampilkan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 diketahui sebanyak 88,7% mahasiswa pendidikan MIPA dan 79 % mahasiswa non MIPA bersikap postif, sebanyak 4,8% mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA bersikap netral, sebanyak 6,5% mahasiswa pendidikan MIPA dan 6,1% non MIPA bersikap negatif terhadap aspek sikap sumber penularan. Sebanyak 75,8% mahasiswa pendidikan MIPA dan 67,7% non MIPA bersikap netral, sebanyak 21,0% mahasiswa pendidikan MIPA dan 5,8% non MIPA bersikap negatif terhadap aspek mitos penularan. Sebanyak 65,8% mahasiswa pendidikan MIPA dan 46,8% non MIPA bersikap positif , sebanyak 8,2% mahasiswa pendidikan MIPA dan 14,5% non MIPA bersikap netral, dan sebanyak 26,0 mahasiswa pendidikan MIPA, sebanyak 8,7% mahasiswa non MIPA bersikap negative terhadap aspek sikap risiko tertulari HIV/AIDS.
Tabel 3 Persentase Kategori Jawaban Mahasiswa Pend MIPA dan Non MIPA terhadap Angket Sikap HIV/AIDS
No | Aspek yang ingin diukur | Pend. MIPA | Pend. NMIPA | |
%kategori | %kategori | Jml % | ||
+ Net - | + Net - | | ||
1 | Sikap terhadap sumber penularan | 88,7 4,8 6,5 | 79 4,8 6,1 | 100 |
2 | Sikap terhadap mitos penularan | 75,8 3,2 21,0 | 67,7 6,5 5,8 | 100 |
3 | Sikap terhadap risiko HIV/AIDS | 65,8 8,2 26,0 | 46,8 14,5 8,7 | 100 |
Keterangan (+ ) Sikap Positif, (Net) Sikap Netral, (-) Sikap Negatif.
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan data terdistribusi normal dan tidak terdapat perbedaan varians secara signifikan (data homogen). Hasil uji korelasi parsial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan dengan persepsi dengan nilai r = 0,695 untuk mahasiswa pendidikan MIPA dan nila r sebesar 0,821 untuk mahasiswa pendidikan non MIPA. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan dengan sikap dengan nilai r sebesar 0,745 untuk mahasiswa pendidikan MIPA dan nilai r= 0,684 untuk mahasiswa pendidikan non MIPA. Terdapat hubungan positif antara persepsi dengan sikap dengan nilai r sebesar 0,765 untuk mahasiswa pendidikan MIPA dan nilai r =0,728 untuk mahasiswa pendidikan non MIPA. Sedangakan hasil uji regresi untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan persepsi secara bersama-sama terhadap sikap menunjukan niali r= 0,94 untuk mahasiswa pendidikan MIPA dan nilai r = 0,92 untuk mahasiswa pendidikan non MIPA. Sedangkan hasil uji t menunjukkan diantara kedua kelompok mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA tidak terdapat perbedaan pengetahuan, persepsi dan sikap mengenai HIV/AIDS.
PEMBAHASAN
Hasil pengolahan dan pengujian data menunjukkan sumber bacaan merupakan sumber yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa dalam artian penyumbang terbesar pengetahuan kedua kelompok mahasiswa ini terhadap HIV/AIDS adalah sumber informasi bacaan, sumber informasi elektronik melalui televisi, radio menduduki peringkat kedua dalam hal menyumbang pengetahuan mahasiswa terhadap HIV/AIDS, sedangakan suber informasi melalui teman sebaya guru dan dosen menduduki peringkat ke tiga. Sedangkan orang tua, tokoh masyarakat menurut mahasiswa tidak banyak memberikan informasi tentang HIV/AIDS.
Informasi di atas menyiratkan bahwa mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA diduga banyak memakai media cetak dan elektronik untuk menyerap berbagai informasi. Sejumlah media cetak dan elektronik, terutama koran, majalah, radio dan televisi banyak mengulas kejadian-kejadian yang berkenaan dengan penyebaran atau kisah-kisah penderita HIV/AIDS. Berita tentang HIV/AIDS banyak dimuat terutama menjelang pada awal bulan Desember menjelang hari AIDS sedunia. Lingkungan pendidikan ternyata juga dipilih mahasiswa menjadi sumber informasi tentang HIV/AIDS. Di lingkungan pendidikan guru, dosen dan teman dipilih mahasiswa sebagai pihak yang banyak memberikan informasi tentang HIV/AIDS namun informasi yang diperoleh dari teman, dosen dan guru menurut mahasiswa bukan sebagai informasi yang terprogram secara sistematis. Pembahasan yang dilakukan guru dan dosen cenderung didasarkan pada sumber-sumber informasi selingan dari tugas-tugas rutin, oleh karena itu informasi tersebut kurang memberikan gambaran yang komprehensif sebagaimana yang diperlukan oleh mahasiswa.
Sangat disayangkan keterlibatan orang tua dan tokoh masyarakat dalam memberikan informasi mengenai HIV/AIDS sangat kecil sekali, dapat diduga, kecilnya peranan orang tua terkait dengan budaya orang tua, topik mengenai HIV/AIDS seringkali dikaitkan dengan penyakit kelamin yang mereka anggap tabu untuk dibicarakan pada putra-putrinya, atau mungkin juga pengetahuan orang tua sendiri mengenai HIV/AIDS juga masih rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum tingkat pengetahuan responden masih relatif cukup bahkan cenderung lebih rendah dari seharusnya yang dimiliki oleh seorang mahasiswa. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa mahasiswa telah mengerti sebab-sebab penularan HIV dan penyakit AIDS. Masih adanya mahasiswa yang berpengetahuan kurang dari cukup dalam temuan penelitian ini mungkin karena mereka tidak berlatar belakang pengetahuan formal yang diperoleh dari bangku kuliah. Pengetahuan yang dimilki sebagian besar hanya melalui informasi dari media massa atau pendidikan informal lain.
Secara umum persepsi mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA cenderung terdistribusi dalam kategori cukup dengan kecenderungan baik hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar responden bisa menempatkan kasus-kasus HIV/AIDS pada tempat yang cukup proporsional. Namun ada yang harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah maupun LSM-LSM yang bergerak dalam KIE HIV/AIDS adalah anggapan sebagian besar mahasiswa yang menilai salah satu pertanyaan item angket persepsi yang menyatakan kondom mampu mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS melewati transmisi seksual. Padahal anggapan ini jelas keliru terbukti bahwa kondom tidak mampu mencegah HIV/AIDS dengan angka kegagalan sampai 80% (Hawari, 1997).
Secara umum kedua mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA bersikap positif terhadap kasus-kasus HIV/AIDS yang ditanyakan dalam tes sikap namun begitu masih bayak pula mahasiswa yang mempunyai sikap yang tidak tepat mengenai hal tersebut. yang sangat mengkhawatirkan adalah kecenderungan sikap kehati-hatian yang masih rendah terhadap HIV/AIDS, ini dibuktikan dengan rendahnya persentase sikap postif terhadap aspek risiko penularan seperti tertera pada Tabel 3.
Kecenderungan hubungan antara pengetahuan dengan persepsi menunjukkan hubungan positif yang signifikan, hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan mahasiswa maka semakin tinggi pula persepsi mereka terhadap HIV/AIDS. Temuan ini dapat dijelaskan dalam kerangka hubungan pengetahuan dan persepsi itu sendiri. Menurut Fisbein (1975) pengetahuan adalah salah satu faktor penentu terbentuknya persepsi selain kebutuhan, pengalaman, suasana hati, ingatan, motivasi serta perhatian sehingga bila pengetahuan sebagai salah satu faktor penentu terbentuknya persepsi baik maka dapat mengakibatkan terbentuknya persepsi yang baik pula.
Kecenderungan hubungan antara pengetahuan dengan sikap pada mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan, yakni semakin tinggi pengetahuan kedua mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS maka dapat mengakibatkan tingginya sikap mereka terhadap hal tersebut. hal ini sejalan dengan teori yang diajukan oleh Fisbein (1975) yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan erat sekali dengan sikap, artinya seberapa benar pengetahuan seseorang mengenai objek akan menentukan sikap mereka terhadap objek tersebut, semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap suatu objek diharapakan akan menghasilakan sikap yang tepat (postif) pada objek tersebut.
Kecenderungan hubungan persepsi dengan sikap menunjukan korelasi yang postif dan sangat signifikan hal ini berarti terdapat kecenderungan jika persepsi mahasiswa terhadap HIV/AIDS baik maka akan baik (tepat) pula sikap mereka terhadap hal tersebut, sebaliknya bila persepsi mereka terhadap HIV/AIDS maka bisa diduga kurang tepat pula sikap mereka terhadap hal tersebut. mengapa terjadi temuan semacam ini? Hal ini bisa kita lihat dari kerangka teori yang telah diajukan oleh Fisbein (1975) sebelumnya bahwa pengetahuan, kebutuhan, nilai, suasana hati, pengalaman ingatan, motivasi, serta perhatian akan mengakibatkan terbentuknya persepsi, sedangakan persepsi ini akan sangat berpengaruh terhadap terbentuknya keyakinan-keyakinan, perasaan emosional, dan keterarahan perilaku yang notabene adalah unsur-unsur penyusun sikap.
Hubungan pengetahuan dan persepsi secara bersama-sama terhadap sikap menunjukkan terdapat korelasi yang sangat signifikan hal ini berarti telah terbukti bahwa pengetahuan dan persepsi memang mempengaruhi terbentuknya sikap. Temuan penelitian ini dapat dijelaskan lagi dengan kerangka hubungan pengetahuan, persepsi dan sikap yang diajukan oleh Fisbein (1975) dimana menurut beliau ketiga aspek ini merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi dan sulit untuk dipisahkan keberadaanya. Seperti uraian sebelumnya pengetahuan merupakan salah satu faktor pembentuk persepsi sedangkan persepsi ini nantinya akan mempengaruhi terbentuknya sikap. Pengetahuan sendiri secara langsung bisa mempengaruhi terbentuknya persepsi sebagai contoh sederhana untuk hal ini seseorang tahu bahwa free sex dilarang oleh agama, maka bagi orang yang beriman tanpa memberi penilaian terlebih dahulu akan menghindari free sex.
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan baik pada mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS. Persamaan pengetahuan antara mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA ini diduga berangkat dari sumber informasi yang tidak jauh berbeda anatar mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA , berdasarkan temuan sebelumnya diketahui media massa baik cetak dan elektronik merupakan sumber utama penyumbang informasi HIV/AIDS bagi kedua kelompok mahasiswa ini. hal inilah agaknya yang menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok mahasiswa ini.
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS. Temuan hasil penelitian ini sudah bisa diprediksi sebelumnya sejak diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang HIV/AIDS diantara kedua kelompok mahasiswa ini. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori Fisbein (1975) yang telah diulas pada bagian-bagian awal pembahasan sebelumnya, bahwa pengetahuan seseorang mengenai suatu objek akan menentukan tebentuknya peresepsi seseorang terhadap objek tersebut, bila pengetahuan mengenai objek baik maka diduga baik pula persepsinya mengenai objek tersebut, demikain juga sebaliknya. Berdasarkan temuan hasil penelitian diketahui bahwa sumber informasi HIV/AIDS yang didapat kedua kelompok mahasiswa cenderung tidak ada perbedaan, padahal sumber informasi ini merupakan sumber utama pengetahuan mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA mengenai HIV/AIDS. Tidak berbedanya sumber informasi ini mengakibatkan tidak berbedanya pengetahuan di antara mereka, tidak berbedanya pengetahuan ini akan mengakibatkan tidak adanya perbedaan persepsi di antara kedua kelompok ini, karena pengetahuan merupakan salah satu faktor pembentuk persepsi.
Hasil perhitungan dengan menggunakan statistik uji t yang berguna untuk menghitung perbedaan sikap menunjukkan tidak terdapat perbedaan sikap antara mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA mengenai HIV/AIDS. Persamaan sikap di antara kedua kelompok mahasiswa ini dapat dijelaskan berdasarkan persamaan pengetahuan dan persepsi mereka sebelumnya terhadap HIV/AIDS, dimana menurut hasil uji statistik sebelumnya diketahui bahwa antara mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA tidak berbeda baik pengetahuan maupun persepsi mereka terhadap HIV/AIDS. Ketidakberbedaan pengetahuan dan persepsi yang notabene adalah unsur yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap ini diduga kuat mengakibatkan tidak signifikannya perbedaan sikap terhadap HIV/AIDS di antara kedua kelompok mahasiswa ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara umum pengetahuan, persepsi dan sikap mahasiswa pendidikan MIPA cenderung terdistribusi dalam kategori cukup. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan persepsi, pengetahuan dengan sikap, persepsi dengan sikap baik pada mahasiswa pendidikan MIPA maupun non MIPA. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan persepsi secara bersama-sama terhadap sikap mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS. Tidak terdapatnya perbedaan pengetahuan, persepsi, maupun sikap antara mahasiswa pendidikan MIPA dan non MIPA terhadap HIV/AIDS.
Saran
Selama ini program pencegahan HIV/AIDS kebanyakan terorientasi pada peningkatan pengetahuan (knowledge oriented) saja padahal pengetahuan hanya salah satu faktor penentu terbentuknya persepsi dan sikap, sehingga perlu program pencegahan HIV/AIDS yang terorientasi pada kebutuhan (need oriented) sehingga seseorang ingin mengetahui apa dan bagaimana HIV/AIDS karena mereka butuh akan hal itu.
Selama ini kebanyakan program pencegahan HIV/AIDS hanya dalam bentuk informasi saja (kognitif), sehingga perlu pencegahan yang menekankan pada aspek lain seperti afektif melalui edukasi. Untuk penelitian lebih lanjut perlu adanya penelitian yang tidak hanya melibatkan pengetahuan saja, karena pengetahuan hanya salah satu faktor penentu terbentuknya persepsi dan sikap, sehingga perlu adanya penelitian yang melibatkan variabel lain seperti kebutuhan, nilai, pengalaman, motivasi dan lain-lain.
5 komentar:
bisa saya minta kuesioner yg dipakai dalam penelitian ini?
kalau bisa, tlg kirimkan ke re.cute@yahoo.com
trim's :)
tolong kirim kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini ? kirim ke echa_cqa@yahoo.co.id, trims
tolong kirim kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini ? kirim ke echa_cqa@yahoo.co.id, trims
Maaf, Bisa tolong kirim kuesioner penelitian ini?
Tolong kirim ke e-mail saya di iya2aime@gmail.Com
trims..
boleh minta kuesionernya penelitian ini?? kirim ke 11.6731@stis.ac.id
Posting Komentar